Skip to content

Data Dekat

Dari Pemulung Jadi Pengusaha Sukses: Perjalanan Tak Terduga

Posted on May 1, 2025May 3, 2025 By Admin No Comments on Dari Pemulung Jadi Pengusaha Sukses: Perjalanan Tak Terduga
Blog

Setiap pagi, suara mendesis dari minyak panas dan aroma gorengan renyah menjadi pembuka hari di sebuah gang sempit di Bandung. Di sana, seorang wanita paruh baya sibuk menggoreng bala-bala, tahu isi, dan pisang goreng. Di sampingnya, seorang remaja duduk di bangku kayu, memegang buku matematika sambil sesekali melayani pembeli. mg4d Nama anak itu adalah Rangga.

Tak ada yang menyangka, remaja penjual gorengan itu akhirnya diterima di salah satu kampus teknik terbaik di Asia Tenggara—Institut Teknologi Bandung (ITB). Bukan karena keberuntungan, melainkan karena kerja keras, doa, dan tekad baja.

Awal Perjalanan dari Warung Tepi Jalan

Rangga adalah anak pertama dari pasangan Bu Sri dan Pak Darto. Sehari-hari mereka berjualan gorengan di depan rumah kontrakan sederhana. Ayahnya pernah menjadi sopir angkot, tapi harus berhenti karena penyakit stroke ringan. Sejak itu, penghasilan keluarga sepenuhnya ditopang dari warung kecil mereka.

Walaupun hidup pas-pasan, orang tua Rangga selalu menanamkan semangat pendidikan. “Kita boleh miskin uang, tapi jangan miskin mimpi,” begitu kata Pak Darto saat Rangga duduk di bangku SD. Kalimat itu terus terpatri di hati Rangga.

Setiap habis subuh, Rangga membantu ibunya menyiapkan dagangan: memotong kol, merendam tahu, mengaduk adonan. Setelah semua siap dan warung dibuka, ia berangkat sekolah dengan membawa bekal seadanya. Sepulang sekolah, ia kembali membantu sambil belajar di sela-sela waktu.

Penuh Rintangan, Tapi Tak Gentar

Di sekolah, Rangga dikenal sebagai anak yang pendiam tapi cerdas. Ia selalu duduk di barisan depan, mencatat dengan rapi, dan tak segan bertanya. Beberapa guru bahkan memberinya buku-buku tambahan karena tahu ia tak mampu membeli.

Namun, perjuangan tak selalu mulus. Pernah suatu hari, ia hampir tidak bisa ikut ujian karena belum membayar uang sekolah. Beruntung, gurunya memberi keringanan dan membiarkannya tetap ujian. Di lain waktu, sepatu Rangga jebol dan ia tetap datang ke sekolah dengan sandal jepit.

Meski begitu, Rangga tak pernah mengeluh. Ia tetap belajar dengan semangat. Ia sering meminjam buku di perpustakaan dan belajar hingga malam dengan cahaya lampu seadanya.

Ketika kelas 12, ia mulai serius mempersiapkan diri untuk ujian masuk perguruan tinggi. Cita-citanya: masuk ITB, jurusan Teknik Sipil. Alasannya sederhana, “Aku ingin bangun jalan dan jembatan untuk orang-orang di kampung agar tak terisolasi,” ujarnya suatu ketika.

Belajar di Tengah Deru Penggorengan

Tak seperti anak lain yang punya akses ke bimbingan belajar mahal atau ruang tenang, Rangga belajar di warung gorengan. Sambil menjaga dagangan, ia mengerjakan soal-soal ujian masuk, ditemani suara mendesis dan obrolan pembeli.

Ia hanya mengandalkan internet gratis dari WiFi sekolah yang bisa ia tangkap samar-samar dari rumah. Ia rajin mengunduh soal-soal try out, menonton video pembelajaran, dan mencatat poin-poin penting di buku tulis.

Pernah suatu malam, ketika listrik padam, Rangga tetap belajar dengan lilin. Ibunya sempat khawatir, tapi Rangga berkata, “Gelapnya malam tidak akan menggelapkan masa depanku.”

Ujian Masuk yang Menentukan Nasib

Ketika hari ujian SBMPTN tiba, Rangga berangkat dengan menumpang motor tetangganya. Ia hanya membawa bolpoin, pensil, dan kartu peserta. Ia duduk tenang di ruang ujian, meski dalam hatinya gemetar. Tapi ia percaya, semua perjuangannya akan terbayar.

Seminggu setelah ujian, Rangga kembali ke rutinitas warung gorengannya. Ia tak banyak berharap, karena tahu saingan masuk ITB sangat berat. Namun, ia tetap berdoa di setiap sujudnya, semoga Tuhan memberinya jalan.

Dan hari itu pun tiba.

“Selamat! Anda Diterima di Institut Teknologi Bandung”

Sore itu, Rangga baru saja selesai membantu ibunya menggoreng. Ia membuka laman pengumuman di ponsel pinjaman milik pamannya. Dengan jantung berdegup kencang, ia memasukkan nomor peserta.

Beberapa detik kemudian, muncul tulisan: “Selamat! Anda diterima di ITB, Program Studi Teknik Sipil.”

Rangga menatap layar itu lama, matanya berkaca-kaca. Ia berlari ke ibunya dan memeluk erat. Tangis bahagia pecah di warung sederhana itu. Ibu dan anak menangis sambil berpelukan di tengah tumpukan tahu dan tempe goreng.

Berita itu pun menyebar cepat. Warga sekitar yang mengenal Rangga ikut bangga. Beberapa bahkan menyumbang perlengkapan kuliah. Sekolahnya membuat pengumuman resmi dan memajang fotonya di mading sebagai “Alumni Inspiratif”.

Menginspirasi Ribuan Orang

Kisah Rangga akhirnya viral di media sosial setelah seorang guru menuliskannya di Facebook. Dalam waktu singkat, banyak media meliput kisahnya. Ia diundang ke televisi, diwawancarai radio, dan menjadi pembicara di seminar pendidikan.

Namun, Rangga tetap rendah hati. Ia selalu mengatakan, “Saya bukan siapa-siapa. Saya hanya anak penjual gorengan yang beruntung punya orang tua yang tak pernah membiarkan saya menyerah.”

Kini Rangga aktif di berbagai kegiatan kampus. Ia juga menjadi mentor bagi adik-adik dari keluarga kurang mampu yang ingin masuk perguruan tinggi. Ia membentuk komunitas “Belajar dari Warung”, tempat berbagi materi belajar secara daring untuk anak-anak dari kalangan menengah ke bawah.

Penutup: Gorengan, Impian, dan Harapan

Kisah Rangga adalah bukti bahwa keterbatasan bukan alasan untuk menyerah. Bahwa dari warung gorengan yang panas dan sederhana, bisa lahir mimpi-mimpi besar. Ia bukan hanya berhasil masuk ITB, tapi juga berhasil membuktikan bahwa semangat dan ketulusan bisa menembus segala batas.

Rangga kini menulis buku berjudul “Panasnya Minyak, Hangatnya Mimpi”, berisi kisah perjuangannya dari anak penjual gorengan hingga diterima di ITB. Buku itu laris manis dan dibaca oleh ribuan pelajar di seluruh Indonesia.

Dari tepi jalan gang kecil di Bandung, suara gorengan yang mendesis kini terdengar berbeda. Bukan hanya aroma makanan, tapi juga aroma harapan. Dan di sana, di balik meja sederhana warung itu, duduk seorang ibu yang tak pernah menyerah, dan seorang anak yang membuktikan: mimpi besar bisa lahir dari warung kecil.

Post navigation

❮ Previous Post: Update Terbaru Pasar Liga: Siapa Pindah ke Mana
Next Post: Hulk138: Situs Slot Gacor Terpercaya Pilihan Para Pemain Cerdas ❯

Leave a Reply Cancel reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Recent Posts

  • Deposit Pulsa: Metode Pembayaran Terfavorit
  • Nikmati Hiburan Digital Cuma dengan Deposit 1000
  • Mengenal Program Cashback di Budi4D
  • Rahasia Menang Besar di Game Live Casino Taringbet
  • MG4D untuk Pemula: Mudah Dikendarai dan Dirawat

Master188

kutu4d

daftar agen5000

slot

login tiptop108

esse4d

sabung ayam online

winning303

tobrut99

Slot online

fals4d

slot gacor hari ini

bmw4d

initoto88

slot gacor

link slot gacor

IDCASH88

slot88

Nenek188

bandar togel resmi

casino online

slot

Kangbet

link togel

hotellosagustinos.com

slot demo gratis

slot gampang menang

dewa slot

slot

zeusbola login

rajabom link alternatif

togel online

qqslot

demo slot

slot qris

maxwin77

slotasiabet

slot online

https://sutekina-eiga.com/

https://www.classical915.org/

https://www.borderline-uk.org/

https://islam-fraternet.com/

https://www.sumatalpacte.com/

Aneka88

benztoto

slot gacor

situs slot gacor

Slot Mahjong

Kangtoto2

https://aamirafridi.com/

https://sniperpedia.com/

Bola Parlay

ria4d

ria4d

https://bethelcampusstore.com/

https://oyo4d9.org/

https://www.brandywinevillage.org/

https://ilimi.org/

https://beyondinwny.org/

neko4d

Dewa212

dewacasino

Sor toto

situs slot

slot

dewa slot

judi bola

Copyright © 2025 Data Dekat.

Theme: Oceanly by ScriptsTown